JAKARTA - Indonesia memiliki kekayaan manuskrip beragam seperti aksara, bahasa, bahan, hingga tradisi. Upaya pelestariannya bisa dilakukan antara lain dengan digitalisasi. Ini salah satu upaya preservasi dengan mengalihmediakan manuskrip ke format digital untuk disajikan secara daring dengan akses terbuka.
Kegiatan digitalisasi yang tengah dilakukan adalah program Digital Repository of Endangered and Affected Manuscripts in Southeast Asia (DREAMSEA). Program ini bertujuan digitalisasi naskah kuno di Asia Tenggara (ASEAN), khususnya manuskrip-manuskrip yang disimpan oleh masyarakat Indonesia.
Program ini dilaksanakan oleh Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Centre for the Study of Manuscript Cultures (CSMC) University of Hamburg, dengan dukungan lembaga filantropis Arcadia Fund.
Rencana sinergi itu dituangkan dalam acara Webinar Series on Indonesian Digitised Manuscripts ke-4 dengan tema: "Manuskrip dan Digitalisasi Aksara Nusantara".
Webinar akan dilaksanakan secara luring dan daring pada Rabu (10/3) melalui laman Facebook dan kanal YouTube DREAMSEA Project. Pendaftaran terbuka untuk umum melalui pranala s.id/webinardreamsea4.
Para narasumber dalam webinar ini merupakan tokoh inspiratif dalam bidang pelestarian manuskrip dan aksara nusantara, yaitu Prof Dr Oman Fathurahman (Principal Investigator DREAMSEA, Pengampu NGARIKSA); Dr Munawar Holil, M.Hum (Ketua Umum Masyarakat Pernaskahan Nusantara/Manassa); Prof Dr Yudho Giri Sucahyo (Ketua Dewan Pengurus Pengelola Nama Domain Internet Indonesia/PANDI); dan Andi Alfian Mallarangeng, Ph.D (Pembina Yayasan Lontaraq Nusantara).
Yudho Giri Sucahyo, Ketua PANDI, menjelaskan pihaknya tengah berupaya melakukan digitalisasi setiap aksara daerah di Indonesia agar dapat digunakan dalam berbagai platform digital. Aksara daerah yang terdokumentasikan dalam manuskrip kuno nusantara memang menjadi sumber utama dalam proses digitalisasi aksara.
Namun, tidak banyak orang yang mampu membacanya. Oleh karena itu, diperlukan sinergi yang baik dengan pihak yang memiliki keahlian dalam pengkajian manuskrip, seperti Manassa sebagai satu-satunya lembaga profesi yang mengkhususkan dalam kajian manuskrip nusantara untuk menjadi jembatan pengetahuan naskah dan aksara N=nusantara. Promosi dan sosialisasi digitalisasi aksara nusantara juga harus giat dilakukan bersama-sama.
"Untuk mendukung program tersebut, PANDI siap bersinergi dan bekerja sama dengan Manassa dan DREAMSEA untuk membahas upaya digitalisasi naskah, aksara nusantara, serta peluang pemanfaatannya untuk mendukung kajian filologi di Indonesia, " kata Yudho dalam keterangan persnya, Senin (8/3).
Prof Dr Oman Fathurahman, Principal Investigator DREAMSEA, mengungkapkan dukungannya terhadap kegiatan digitalisasi manuskrip dan aksara nusantara. Sejak 2017, DREAMSEA bekerja sama dengan Manassa dan berbagai komunitas budaya berhasil mendigitalkan 193.646 halaman manuskrip dari 58 koleksi milik masyarakat Indonesia.
“DREAMSEA memfasilitasi penyediaan digitalisasi manuskrip untuk dimanfaatkan berbagai keperluan termasuk penyelamatan aksara. Dari ribuan manuskrip yang berhasil digitalisasi oleh DREAMSEA, teridentifikasi 18 jenis aksara yang digunakan. Tentu perlu dilakukan tindak lanjut setelah digitalisasi naskah. Digitalisasi aksara adalah salah satu yang dapat diupayakan, ” jelas dia.
Senada dengan Prof Oman, Ketua Umum Manassa Dr Munawar Holil menambahkan digitalisasi manuskrip Nusantara yang dilakukan berbagai lembaga atau perorangan merupakan salah satu langkah preservasi isi kandungan naskah.
Aksara yang terdokumentasi dalam manuskrip digital perlu dibaca agar isinya dapat dikontekstualisasikan di masa kini. Digitalisasi aksara pada manuskrip membuka peluang untuk dimanfaatkan dalam kajian filologi nusantara. (merdeka.com)