Deiyai Papua
- Surat Pemberitahuan Aksi Mimbar Bebas Solidaritas Rakyat Deiyai tentang menolak Pemekaran DOB (Daerah Otonom Baru) dan Penolakan perpanjang Otsus (Otonomi Khusus) Jilid-II sudah dimasukan sejak 14 April 2021, hal ini diungkapkan Ethus Pigome melalui sambungan selluler kepada Awak ini, (20/04/21)."Untuk surat pemberitahuan ke Polres sudah kami masukan jauh-jauh hari, tetapi kami herang kemarin di hari H Aparat Gabungan lebih dulu melakukan Apel Gabungan dimana lapangan yang rencana mau lakukan Aksi Mimbar, "jelas ethus".
Selain itu, Ethus juga mengungkapkan, surat pemberitahuan sudah dimasukkan pihaknya jauh-jauh hari. Hanya saja pihak kepolisian tidak pernah keluarkan surat balasan.
"Kami menyesalkan pihak kepolisian polres Deiyai yang tidak hargai surat pemberitahuan untuk bebas berekpresi seperti yang sudah diatur dalam UUD Negara pasal 28 ayat 1-2 huruf A-J. Berdasarkan Piagam Perserikatan Bangsa-bangsa wajib untuk memajukan. Berdasarkan pasal 28 ayat 1-2 huruf A-J yang menjamin setiap orang berhak berkumpul, "katanya.
Step Pigai seorang Pemuda ini juga mengaku aparat gabungan baik itu TNI/Polri dan Sat Pol-PP sejak pagi hingga sore menyebar dibeberapa tempat (pos) penjagaan dibeberapa titik masuk bagian pusat Kota Deiyai. Mulai dari Timur, Tigidougi (Pusat Perkantoran), bagian Selatan di Yomedi dan sekitarnya, bagian Utara di Waghete II dan beberapa titik jalan masuk dalam kota (pusat tempat aksi) dan pusat kota titik aksi.
"Situasi hari ini di Deiyai sangat kental dengan isu-isu Penolakan Aksi Mimbar Bebas dari Solidaritas Rakyat Deiyai oleh Oknum-oknum (Sat PolPP, Kepala Suku Umum dan beberapa kepala suku di wilayah Deiyai, Oknum yang mengatasnamakan toko Pemuda dan toko Agama (gereja) dan banyak rakyat yang sudah terpropokasi oleh isu-isu tidak benar, "jelas Pigai.
Lanjut pigai, "Kebanyakan rakyat yang terprovokasi dari bahasa oleh Oknum-oknum tersebut. Sehingga, sebagian rakyat yang ikut terpengaruh dan itu wajar karena belum paham tentang aksi Mimbar Bebas dan beberapa aksi-aksi lainnya. Kebanyak rakyat berpikir bahwa aksi dilakukan hanya karena mau menciptalan konflik bersenjata antara pihak Militer dan rakyat pendemo. Situasi pemikiran itu yang ada pada rakyat, hingga mereka cepat berpengaruh buruk kepada oknum-oknum tersebut, "tutupnya.