KALTIM - Wilayah Kalimantan, dibanding wilayah lainnya di Indonesia, jumlah kejadian dan jarak waktu antar kejadian bencana alam, jauh lebih rendah. Perumpamaan terkait seringnya terjadi bencana, misalkan di Pulau Jawa kejadian gempa itu dalam setahun bisa lebih dari 200 kali, sedangkan di Kalimantan Timur kurang dari 5 kali. Hal itu menjadi satu dari sekian faktor persyaratan penguat menurut ketentuan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), sehingga Provinsi Kaltim ini yang dipilih sebagai IKN.
Demikian disampaikan Ketua Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur/UMKT, Ir. Fajar Alam, S.T., M.Ling., IPM, di Samarinda, beberapa waktu lalu.
"Ketika dipetakan, bukan berarti di Kalimantan Timur tidak ada potensi gempa bumi atau nol tapi dibandingkan kebencanaan yang sama di banyak pulau besar di Indonesia, jumlahnya jauh lebih sedikit, " ungkapnya.
Dia menambahkan bahwa khasanah kebencanaan di Indonesia, daripada berfokus kepada istilah bebas bencana lebih tepat kita melihat seberapa banyak dan seringnya bencana tersebut terjadi. Kalau dilihat di peta-peta tematik yang dibuat oleh pemerintah, ada peta gempa bumi, peta posisi gunung api aktif, peta sebaran tanah longsor, peta gerakan tanah, peta potensi banjir, dan lain-lain.
"Bencana terkait gempa bumi, letusan gunung api, secara umum terdapat di pulau-pulau besar di Indonesia, dan sebagian pulau lain yang lebih kecil. Pada masing-masing wilayah kebencanaan tersebut, terdapat informasi waktu kejadian bencana, besarnya magnitudo gempa bumi atau letusan gunung api yang terjadi, besar kerugian yang diderita manusia dan aspek mitigasi kebencanaan lainnya, " jelasnya.
Di Indonesia, wilayah yang umumnya mengalami gempa yakni Sumatera bagian selatan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, membelok ke kepala burung di Papua, hingga Sulawesi. Untuk sebaran bahaya letusan gunung api pada umumnya setara dengan bahaya gempa bumi, kecuali pada Papua yang tidak ada gunung api.
Memang jumlah dan kekerapannya jauh lebih sedikit dibanding pulau-pulau besar lain di Pulau Jawa, Sumatera dan Sulawesi, pun juga dari segi gangguan yang dirasakan. Resiko bencana besar itu jauh lebih kecil dan gangguannya lebih jarang di Kalimantan Timur.
"Pada intinya, yang bisa kita upayakan dalam optimasi kegiatan kawasan IKN, pemerintah Republik Indonesia bisa menyiapkan mitigasi bencana di wilayah IKN sebaik-baiknya dengan memahami ragam dan karakter kebencanaan kawasan secara mendalam. Sehingga, hal-hal yang berdampak kerugian bagi aktifitas masyarakat maupun berdampak hingga korban jiwa dapat ditekan sedemikian rupa, sekaligus mengurangi kekhawatiran masyarakat, " tutupnya mengakhiri. ***MR/FR
Baca juga:
Tarling Romadhon LTMNU Bogor
|