KALTIM - Mutu pendidikan di Indonesia masih terbilang rendah sebagaimana hasil survei evaluasi sistem pendidikan dunia, PISA menyatakan pendidikan di Indonesia sejak era tahun 2000-an hingga sekarang konsisten selalu berada di bawah rata-rata. Kehadiran KN sudah semestinya menjadi pendorong dalam meningkatkan taraf pendidikan di Kalimantan Timur.
Demikian disampaikan Ketua Umum Harmoni Pendidik Pengajar Indonesia HIPPER Indonesia, Fathur Rachim, S.Kom, M.Pd, dalam perbincangan tentang pendidikan Kaltim, di Samarinda, beberapa hari lalu.
"Sudah dua puluh tahun sistem pendidikan Indonesia tidak bergerak dan masih berjalan pada tempatnya. Artinya, pendidikan bukan hanya masalah untuk Kalimantan Timur semata tetapi secara nasional pendidikan kita terbilang sakit. Bank Dunia mengatakan masyarakat Indonesia adalah functionally illiterate. Artinya masyarakat kita bisa membaca tetapi tidak paham dengan apa yang dibaca, tidak paham maksud isinya. Demikian hasil PISA juga tidak berubah meski sudah gonta-ganti kurikulum. Konsep literasi kita kacau. Bukan sekadar memahami, ada empat tingkatan literasi yang perlu dikuasai. Mulai dari membaca, memahami, menulis, sampai pada tingkat berbicara. Mengkomunikasikan apa yang dibaca, " ujarnya.
Mantan perkumpulan guru IT ini menambahkan pendidikan ideal adalah bagaimana strategi Kaltim dalam mewujudkan pendidikan yang memiliki akses masuk ke dalam kawasan IKN dengan berbagai kemudahan dari sisi pendidikan.
“Melihat dari sisi kuantitasnya, Kalimantan Timur kekurangan sumber daya manusianya. Dibutuhkan sekian ratus ribu tenaga kerja untuk IKN, namun supply dari Kaltim sendiri itu terlalu kurang. Dalam artian kalau dari sisi kuantitas saja kita masih kurang sehingga perlu mendatangkan SDM dari luar. Lantas bagaimana dengan sisi kualitas SDM? Ini menjadi tanda tanya, ” katanya.
Fathur menganalogikan pendidikan di Indonesia seperti layaknya kita terkena penyakit cacingan. Ada banyak terapi melalui pemberian susu dan suplemen. Memang perlu gizi, namun seyogyanya obatilah terlebih dahulu penyakitnya. Dalam hal ini, BLK, Kementerian PUPR dan instansi-instansi terkait mengadakan pelatihan-pelatihan yang bersifat jangka pendek. Hal tersebut berguna untuk menyediakan tenaga di level bawah konstruksi, tapi pasca IKN telah terbangun megah, belum ada persiapan dan pemikiran tentang bagaimana tenaga kerja Kalimantan Timur bisa masuk ke dalam bagian konstruksi pada level-level tertentu.
“IKN sudah semestinya menjadi pendorong dalam meningkatkan taraf pendidikan di Kaltim, namun gelagatnya belum juga terlihat. Persiapan apa yang kita punya? Ada, baru sebatas menyediakan pelatihan-pelatihan dalam bentuk sertifikasi. Namun di era sekarang, jangan dulu melihat itu. Ijazah nomor kesekian untuk dilihat. Karena yang sebenarnya mereka cari adalah kompetensi. Memang sertifikat membuktikan keterampilan, tetapi belum tentu juga, " ungkapnya.
Pendidikan yang ideal memerlukan perlakuan khusus yang proporsional. Dalam hal ini tidak hanya berbentuk infrastruktur mendukung karena infrastruktur merupakan cover bagi pemenuhan kebutuhan tenaga kerja yang merupakan bagian kecil dari pendidikan. Hal lain yang diperlukan ialah tenaga pendidik yang harus diupgrade. Dimulai dari guru-guru atau pendidik level bawah di pedalaman yang belum terjangkau. Demikian supaya kurva normal pendidikan dapat terbentuk sehingga tidak terjadi ketimpangan. Selain itu diperlukan kompetensi yang mumpuni dengan cara melatih dan mengembangkan kemampuan tenaga pendidik.
Fathur juga menyampaikan bahwa saat ini kita masih fokus pada konstruksi IKN dan belum memotret bagaimana pasca konstruksi nanti. Sangat mengkhawatirkan apabila masyarakat kita hanya menjadi penonton di wilayah mereka sendiri. Lantas ia menawarkan gagasan terkait diadakannya peelatihan masyarakat melalui pola pemagangan yakni dengan memberikan pelatihan yang bisa langsung praktik ditempat. Hal ini dinilai sebagai upaya memberikan kesempatan pada masyarakat Kaltim.
“Pertama-tama PR kita merubah mindset sumber daya manusianya. Bukan berarti mustahil untuk dilakukan. untuk mewujudkan hal ini, diperlukan sinergritas antara perguruan tinggi dan stakeholder daerah untuk bersama-sama merancang sebuah program khusus yang dilaksanakan secara bertahap mulai dari jangka pendek, menegah sampai jangka panjang sehingga bisa menghasilkan sumber daya manusia berkualitas.
IKN harapannya bisa menjadi pembias ke daerah-daerah penyangga. Membawa perubahan dalam bentuk kultur baru yang mengimbas ke dalamnya. IKN telah didesain sedemikian rupa, tinggal bagaimana Kaltim menghadapi dan menyikapinya dengan meningkatkan kualitas usmber daya manusianya. Begitu banyak peluang bagi kita, namun banyak juga hambatan dan tantangannya, " Pungkasnya. ***