Korelasi Pola Asuh Anak Terhadap Kasus Kekerasan Adik Pejabat

    Korelasi Pola Asuh Anak Terhadap Kasus Kekerasan Adik Pejabat
    Korelasi pandangan dari tulisan Dokter Caput terhadap fenomena kekerasan di lingkungan keluarga pejabat

    DENPASAR - Menyimak tulisan yang beredar luas yang ditulis oleh Dr. dr. Ketut Putra Sedana, Sp.OG, tentang Pentingnya Pola Asuh Anak: Belajar dari Kasus Penganiayaan yang Dilakukan Anak Pejabat, menarik untuk dijadikan referensi bagi masyarakat luas.

    Klik untuk link

    Disana ditulis oleh dr. Ketut Putra Sedana pada 26 Februari 2023, menjelaskan pemberitaan tentang kasus penganiaayaan yang dilakukan oleh anak seorang pejabat ditjen pajak. 

    Ia dalam tulisannya meyakini bahwa setiap orang tua sudah pasti berharap agar anaknya tumbuh sehat, pintar, baik, berprestasi dan sukses. 

    " Tidak satupun orang tua akan berharap anaknya akan gagal atau menjadi orang tidak baik. Karena itulah saya yakin tidak ada orang tua yang mengajari anaknya untuk menjadi anak berandalan, tega menyiksa orang, " tulisnya.

    Tetapi menurutnya juga kadang secara tidak langsung sering orang tua tidak sadar, bahwa apa yang dilakukan kepada anak agar mereka menjadi sehat dan pintar, juga berbudi baik penerapannya tidak tepat atau keliru.

    " Dan fenomena ini banyak terjadi pada anak-anak yang lahir dari keluarga yang serba ada, atau anak pejabat "

    Keinginan dari orang tua tidak ingin anaknya susah, segala kebutuhan atau keinginannya dipenuhi dengan mudah, karena memang fasilitas untuk memenuhi itu ada.

    " Bagi orang tua, niat untuk memenuhi segala kebutuhan anak dengan mudah itu adalah wujud kasih sayang kepada anak. Namun tanpa disadari hal-hal tersebut akan membuat anak menjadi lemah dari sisi karakter, sifat yang muncul menjadi kurang menghargai orang, agresif dan mau menang sendiri, dan sejenisnya "

    Bila menyimak fenomena di daerah terutama kasus terbaru di Pulau Surga Bali, terjadi juga penganiayaan atau Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang dilakukan oleh adik pejabat di Denpasar. 

    Tuntutan rendah 1 bulan penjara ini tentu adalah pelajaran yang harus ditelan oleh masyarakat Bali khususnya yang memiliki anak perempuan. Mereka yang tidak berkuasa tentu harus mengelus dada terhadap keadilan yang dipertontonkan.

    Semua mungkin menyimak ada rasa apresiasi yang dilontarkan ayahanda korban terhadap kondisi saat ini, walau ditanya lebih dalam tentu harapannya adalah keadilan terhadap buah hatinya sesuai dengan aturan yang berlaku. 

    " Yang penting anak saya tidak tertekan saja, saya sebagai ayah ajak dia jalan-jalan agar tidak tertekan dengan kejiwaannya " 

    Berlanjut tentang tulisan dr. Ketut Putra Sedana, bentuk kasih sayang yang salah yang cenderung memanjakan justru akan berdampak kurang baik untuk anak ke depannya.

    Orang tua yang terlalu cepat mengambil alih dan mengatasi dengan cepat kesulitan sang anak, sebenarnya melemahkan anak itu dari sisi pembentukan kemandirian dan kepercayaan diri. 

    Padahal, jika si anak dibiarkan mengatasi kesulitan sendiri, justru anak akan belajar dari kesulitan yang dihadapinya.

    Pola asuh memiliki peran yang sangat penting untuk membentuk anak ke depannya menjadi anak yang berkarakter, punya etika, mandiri dan sukses. Bentuk sayang yang cenderung memanjakan dan berusaha memenuhi segala kebutuhan fisik sang anak, sesungguhnya tidak banyak mendidik. (Tim/Ray)

    bali kdrt kekerasan pejabat
    Ray

    Ray

    Artikel Sebelumnya

    Balipedia.org: All About Bali

    Artikel Berikutnya

    Hendri Kampai: Macan Versus Banteng di Antara...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Anggota Polsek Batujaya melaksanakan Kegiatan Ngawangkong bersama Masyarakat Desa Batujaya
    Operasi Lilin 2024, Polri : Arus Lancar, Pemudik Diimbau Tetap Waspada dan Nyaman
    Arus Mudik Nataru 2024-2025, Polri : Situasi Aman dan Terkendali
    Kapolsek Seteluk Dampingi Tim Binmas Polda NTB dalam Silaturahmi dan Bakti Sosial Pasca Pilkada
    Mendekap Sukacita Natal, Ibadah Bersama Warga Binaan Nasrani di Rutan Balikpapan

    Ikuti Kami