BOGOR - Merebaknya virus corona atau covid-19 memukul berbagai sektor, tak terkecuali sektor ekonomi. Sejumlah kafe, objek wisata, hotel, dan pusat-pusat perbelanjaan memilih tutup sementara untuk menghindari kerumunan orang. Pedagang kaki lima atau pasar tradisional pun terdampak Covid-19. Omset pedagang turun seiring dengan imbauan pemerintah agar masyarakat bekerja dari rumah atau Work From Home (WFH) dan Sekolah dari rumahatau School From Home (SFH).
Pandemi virus Corona bukan hanya sekedar bencana kesehatan, tetapi telah menimbulkan kekacauan di sektor ekonomi.Tidak hanya industri besar, tetapi telah membuat pelaku UKM di Indonesia juga terimbas.Pertumbuhan ekonomi menurun dari 5, 02% tahun 2019 menjadi 2, 97 % di triwulan I dan-5, 32% di triwulan II tahun 2020. Secara garis besar, berikut merupakan dampak nyata yang disebabkan Covid-19 terhadap sektor UKM di Indonesia diantaranya:
(1.) Penurunan aktivitas jual beli.
(2.) Distribusi terhambat.
(3). Penyedia jasa ikut terpapar.
Anjuran social distancing demi menghindari penularan virus Corona yang lebih luas, sedikit banyak turut andil menurunkan aktivitas jual-beli di tengah masyarakat. Bagi penjual makanan dan restoran, omset mereka turun mencapai 50 persen. Menurut penelitian yang dilakukan Center for Economic and Social Studies (CESS) dan The Center for Micro and Small Enterprise Dynamic (CEMSED), UKM di Indonesia tergolong unik karena selalu punya kemampuan untuk berkembang dan bertahan selama krisis. Hal ini terbukti dengan inisiatif para pengusaha makanan yang lebih memilih untuk tetap beroperasi, namun mengubah cara berjualan dengan hanya melayani pembelian kemasan (untuk dibawa pulang), tidak melayani pembelian makan di tempat.
Kebijakan social distancing yang dipilih pemerintah Indonesia, telah membuat aktivitas produksi terganggu. Beberapa perusahaan mengambil kebijakan Work From Home, beberapa lagi memutuskan untuk merumahkan karyawannya, hingga PHK massal. Menurut data terbaru Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Energi DKI Jakarta, sebanyak 30.137 pekerja dilaporkan harus kehilangan pekerjaan karena PHK massal, sedangkan 132.2799 pekerja lainnya kehilangan penghasilan karena dirumahkan tanpa upah.
Efek domino dari badai PHK dan pekerja yang dirumahkan telah membuat penurunan kapasitas produksi mengalami penurunan ekstrem. Mau tidak mau kondisi ini telah menyebabkan bahan baku produksi industri rumah tangga mengalami kelangkaan, atau mengalami kenaikan harga yang ekstrem. Misalnya sektor UKM pembuat kue dan roti yang dipusingkan dengan melambungnya harga telur dan gula pasir. UKM masakan Padang sulit menetapkan harga jual karena mahalnya kelapa, cabe, bawang dan bumbu-bumbu masak lainnya, Menaikkan harga jual beresiko untuk penjualan, mengingat saat ini daya beli masyarakat menurun.
Dengan adanya Covid 19 jalur distribusi juga terganggu, Terhentinya aktivitas distribusi tentu sangat merugikan pelaku bisnis UKM. Mereka kini kebingungan mencari cara mendistribusikan produk, terlebih bagi UKM yang sudah mulai memperluas jangkauan pasar hingga luar daerah, atau bahkan lintas pulau. Hasil pertanian juga menjadi murah karena tidak terserap sama masyarakat. Sedangkan hasil industri menjadi mahal dipedesaan.
Tidak hanya UKM yang bergerak di sektor produksi rumahan, mereka yang bergerak di bidang jasa pun dilaporkan mengalami penurunan omset yang signifikan. Misalnya tukang cukur yang terpaksa harus kehilangan penghasilan akibat kebijakan social distancing. Mereka yang bekerja sebagai buruh harian lepas, seperti pegawai bangunan, makeup artis, pekerja wedding organizer, fotografer pernikahan, dan lainnya dilaporkan kesulitan mendapatkan penghasilan karena sejumlah proyek terpaksa ditunda akibat pandemi virus Corona.
Disamping kesulitan yang dijelaskan diatas, ada beberapa usaha yang tumbuh subur saat pandemi corona berlangsung, seperti:
(1).Katering harian bagi anak kos yang tidak pulang kampung.
(2) Bisnis empon-empon.Empon-empon merupakan kelompok tanaman rimpang yang seringkali dimanfaatkan sebagai ramuan tradisionil atau jamu. Jenis tanaman yang dimaksud adalah jahe, temulawak, kunyit dan lain-lainnya. Empon-empon dapat meningkatkan daya tahan tubuh manusia, sehingga sulit terpapar virus corona.
(3).masker kain, memakai masker menjadi keharusan di saat pandemi, untuk menghindari penyebaran virus.
(4) Sayur keliling atau online.Bagi masyarakat yang tidak keluar rumah mereka memanfaatkan jasa tukang sayur keliling dan online.
(5) makanan beku. Jenis makanan ini menjadi alternatif bagi masyarakat pada saat WFH seperti nugget ayam risol, mayo, bakso, dan stik kentang goreng.
Salah satu target pemberdayaan FEB Usakti, Helmi (42), seorang ibu rumah tangga yang mencoba berusaha di tengah kesulitan yang dihadapi di masa covid 19 ini. Sebagai ibu rumah tangga dia mempunyai keahlian memasak masakan khas padang seperti rendang daging, rendang ayam, rendang ikan tongkol, sampade ikan, sambal lado tanak, panggang abui ayam, dan apapun makanan yang diminta konsumen.
Helmi baru memulai usaha semenjak covid 19 mewabah, beliau mencoba memasarkan masakannya melalui media sosial, WAG, Line, IG, serta Facebook.
"Awalnya dipasarkan melalui teman-teman sendiri, melaui WAG saudara - saudara, " jelas helmi.
Setiap konsumen yang membeli memberi kesan rasa yang enak buat masakan Helmi, Setiap hari Helmi mengalami peningkatan penjualan.
"Untuk mengembangkan usahanya, Bu Helmi ini perlu bimbingan dan pendampingan, Baik untuk standar rasa, Sertifikasi Halal, izin PIRT, dan izin lain yang diperlukan, cara menghitung biaya produksi, bantuan Modal untuk meningkatkan peralatan dan pemasaran online. Kalau dilihat dari perkembangan usaha makanan Bu Helmi, kedepannya bisa menyerap tenaga kerja, dengan alasan tersebut Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Trisakti bersedia menjadi mitra, " Jelas Harmaini, SE., M.Si, salah satu Dosen FEB Usakti yang melakukan pembinaan dan pendampingan melalui Program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) dengan Tema "Pelatihan Pengembangan Usaha Mikro Makanan Khas Padang Dalam Kondisi Pandemi Covid 19, " yang mulai dilaksanakan di Kompleks Perdagangan Kelurahan Bojong Baru Kecamatan Bojong Gede Kabupaten Bogor Minggu, (26 Juli 2020).
"Program ini akan terus berlanjut sampai 6 bulan ke depan, baik secara online, maupun dalam bentuk modul-modul, serta konsultansi manajemen dan pemasaran, " jelas Dr. Budi Santoso, salah satu Tim PKM saat dihubungi via telepon oleh Jurnalis Indonesia Satu.
Dalam pembinaan ini Tim PKM Usakti juga melibatkan alumni (Muhammad Apis), serta mahasiswa FEB yang masih aktif (Nurul Sakinah Hayani).
"Ini pengalaman yang luarbiasa bagi saya pribadi ikut serta dalam pembinaan PKM ini, kegiatan ini juga meninspirasi saya untuk membangun usaha saya sendiri, " tutur Apis.
Ikut dalam pemberdayaan PKM bagi Nurul Sakinah Hayani, Mahasiswa semester 3 FEB Usakti yang akrab dipanggil Nurul ini mengatakan bahwa PKM ini merupakan pembelajaran langsung di lapangan sehingga mengetahui apa tantangan dan halangan dalam memulai suatu usaha.
"Dengan terjun langsung melihat dari dekat proses Usaha Kecil dan Menengah ini, saya mendapatkan gambaran lengkap dan riil, bagaimana membangun usaha itu sebenar, modal tidak utama, yang penting ada semangat dulu, " jelas Nurul. (***)