SAMOSIR-Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara telah menurunkan tim yang dikomandoi Kasi Pembinaan & Pengembangan Budidaya Ikan guna menindaklanjuti matinya ratusan ton ikan di keramba jaring apung milik masyarakat Desa Sigung-ogung dan Desa Tanjung Bunga Kecamatan Pangururan, Kabupatean Samosir, Sabtu 24-10-2020
"Badasarkan laporan dari petugas atau tim yang turunkan kelokasi, bahwa penyebab kematian ratusan ton ikan tersebut akibat menurunnya kualitas air dilokasi keramba jaring apung, selain itu, tim juga masih terus mendalami penyebab kematian ratusan ton ikan secara mendadak itu, " ujar Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Sumatera Utara Mulyadi Simatupang melalui sambungan selulernya, Minggu 25-10-2020
Mulyadi Simatupang juga mengatakan, Dinas Perikanan dan Kelautan Sumatera Utara juga masih terus mencari tahu penyebab kematian ikan dalam keramba jaring apung milik masyarakat itu, meski hasil dugaan sementara telah ditemukan akibat dampak kualitas air yang buruk. akan tetapi untuk mencaritahu kepastian penyebab kematian ratusan ton ikan tersebut, tim juga sudah mengambil sempel air dan sempel ikan yang masih hidup dari beberapa titik dari lokasi matinya ratusan ton ikan tersebut
"Selanjutnya sempel tersebut akan dibawa ke UPT Laboratorium Pembinaan Mutu Hasil Perikanan Belawan, untuk dilakukan penelitian lebih lanjut guna mengetahui penyebab kematian massal ikan, numun untuk memastikan dan mendapatkan hasil uji laboratorium kita masih menunggu hasilnya satu minggu kedepan,
Agar hal sama tidak terulang lagi, Mulyadi Simatupang menghimbau kepada pengusah budidaya ikan atau pemilik keramba jaring apaung agar menerafkan cara budi daya ikan yang baik, misalnya mengikuti aturan yang telah di atur dalam berbagai regulasi, diantaranya tertuang dalam Peraturan Presiden No. 81 tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Danau Toba dan Sekitarnya, "beber Mulyadi Simatupang
Sementara itu, Dwie Retno Wulan Kasi Pembinaan dan Pengembangan Budidaya Ikan didampingi Ervin Siregar dan Sri Ismiati Sembiring menjelaskan, bahwa hasil monitoring dan investigasi sementara dilapangan kita menemukan air berwarna kecoklatan
"Sesuai dengan hasil investigasi dilapangan setidaknya ada 3 (tiga) dugaan sementara penyebab kematian massal ikan tersebut, yakni terjadinya penurunan suplai oksigen bagi ikan, kepadatan ikan dalam keramba jaring apung, dan lokasi keramba jaring apung terlalu dangkal sementara dasar perairan merupakan lumpur.
Turunnya suplai oksigen disebabkan terjadinya upwelling (umbalan) yang dipicu cuaca yang cukup ekstrim dan berakibat adanya perbedaan suhu yang mencolok antara air permukaan dan suhu air dibawahnya, inilah yang mengakibatkan terjadinya pergerakan masa air dari bawah ke permukaan.
“Cuaca ekstrim telah memicu upwelling. Jadi, pergerakan massa air secara vertical ini membawa nutrient dan partikel-partikel dari dasar perairan ke permukaan, dan ini menyebabkan pasokan oksigen untuk ikan menjadi berkurang, apalagi lokasi keramba jaring apung terlalu dangkal dan sustratnya berlumpur sehingga sangat mengganggu sirkulasi oksigen, ” jelas Dwie Retno Wulan
Amatan jurnalis Media Indonesiasatu.co.id dilokasi, sebagian kerambah Jaring apung milik maysarakat terlalu dekat ke tepi pantai dan hanya berjarak sekitar 30 meter dengan kedalaman kerambah Jaring apung tersebut berkisar 20 hingga 30 meter saja, " ( 7tg )