BANDUNG - WAKIL Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi sampai mengelus dada, saat melihat potongan video perusakan alam di hutan milik baduy. Bukan hanya geram atas pengrusakan alam tersebut, Dedi Mulyadi juga tampak bersedih atas tangan-tangan serakah yang mengeruk kekayaan alam.
“Kalau kita merasa beragama seharusnya malu melakukan pengrusakan alam. Apalagi kerusakan itu sampai ditangisi oleh warga baduy, ” kata Dedi Mulyadi.
Dedi melihat Potongan video orang Baduy yang menangis karena hutannya dirusak penambang emas liar viral di media sosial, hingga video tersebut menjadi pembahasan serius di dunia maya.
Dalam video tersebut orang Baduy sambil menangis meminta tolong kepada pemerintah, lantaran hutan sakralnya dirusak penambang emas liar yang merusak lingkungan.
Baca juga:
Bupati Bantaeng Beri Sarana Kerja Pokja KB
|
“Tangkap para perusak lingkungan itu, apalagi hutan itu merupakan hutan adat suku baduy. Mereka menjaga hutan sepenuh hati, tidak pernah mengeluh. Saat alamnya dirusak kita juga merasakan keaedihan mereka, ” tambah Dedi Mulyadi
Dedi meminta pemerintah pusat melalui Dirjen Penegakan Hukum, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan; pemerintah daerah; Mabes Polri hingga polres setempat untuk segera menindak penambangan emas ilegal tersebut.
Dedi bahkan meminta besok, pemerintah melakukan operasi penangkapan dan menutup areal yang digunakan penambangan ilegal atau gurandil tersebut.
“Besok segera ditindak. Jangan biarkan perusakan alam terus berlanjut, ” tegas Dedi.
Lebih lanjut, Dedi mengaku malu kepada orang Baduy. Kata dia, orang Baduy tidak mengenyam pendidikan formal seperti warga lainnya di Indonesia.
“Namun mereka jauh lebih beradab dibanding kita. Saya jujur malu sama orang Baduy, malu sama ucapan, malu sama sikap kita, ” tegas Dedi.
Sebagai orang beragama, lanjut Dedi, para perusak hutan seharusnya malu telah melakukan perbuatan tersebut.
“Kita menganggap mereka (orang Baduy) tertinggal, padahal kita yang tertinggal, ” tegas Dedi Mulyadi.
Sehingga Dedi meminta agar pemerintah bergerak cepat, jangan sampai kerusakan hutan milik suku baduy bertambah luas.
“Jangan sampai alam marah, karena kerusakan yang diakibatkan keserakahan tangan-tangan manusia, ” pungkas Dedi Mulyadi. (***/Nang Surya)