PISHI Klaim Hadir Sebagai Solusi

    PISHI Klaim Hadir Sebagai Solusi
    Personalia DPP Perkumpulan Ilmuwan Sosial Humaniora Indonesia (PISHI)

    JAKARTA - PISHI harus memiliki visi besar, visi besar untuk sebuah kemuliaan. Kemuliaan masyarakat, kemuliaan kemanusiaan.  Demikian  disampaikan Prof. Dr. Rudi Hartono dalam sambutan yang disampaikan pada Pelantikan Personalia DPP Perkumpulan Ilmuwan Sosial Humaniora Indonesia (PISHI), Selasa, 12 Juli 2022.

    Pengurus yang berjumlah 104 orang ini, kata Rudi, harus menjadi yang terdepan dalam menjunjung tinggi hal-hal yang berkaitan dengan sosial kemanusiaan. 

    “Ini adalah aspek yang saat ini makin hilang. Jiwa sosial akan menyelamatkan peradaban manusia. PISHI menjunjung tinggi keilmuan sosial humaniora, dan ini harus menjadi target utama, ” tegas Ketua Dewan Penasihat PISHI itu. 

    Guru besar Universitas Negeri Semarang itu juga menyampaikan beberapa pesan. Pesan pertama, dia mengajak seluruh pengurus dan anggota PISHI agar memerkuat persatuan dan kesatuan internal organisasai.

    “Jadikan diri kita dan organisasi PISHI ini yang pertama dan utama, yang mengedepankan aspek sosial dan kemanusiaan. Tidak hanya sekadar sebagai seorang ilmuwan sosial humaniora.”

    Pesan kedua, diharapkan PISHI terus membuat pelbagai jejaring, baik jejaring lokal, apakah itu dengan teman-teman yang berada di institusi kita masing-masing, dan jejaring nasional di antara organisasi yang sejenis, yang bernuansa sosial humaniora. Juga di tingkat regional, seputar Asia Tenggara, dan jejaring di tingkat internasional. 

    Lebih lanjut mantan Asosiasi Program Studi Bahasa dan Sastra Inggris (APSBSI) ini mnenyatakan, “Kalau Bapak/Ibu bekerja di perguruan tinggi, ini menjadi kontribusi besar bagi indikator kinerja utama perguruan tinggi dengan adanya kerjasama. Sebagai anggota atau pengurus organisasi, ini menjadi bagian penting laporan kinerja dosen.”

    Pesan ketiga, PISHI perlu terus menciptakan kolaborasi dengan institusi terkait. Ada joint research, joint publication, joint conference yang nanti akan memperkuat organisasi kita. 

    Di akhir sambutannya, Rudi berharap PISHI harus memberi kontribusi dan menjadi solusi, bukan menambah friksi. Friksi dalam konteks konflik, permasalahan. Munculnya PISHI diharapkan memberikan kontribusi dan menjadi soliusi bagi kemanusiaan, bagi masalah-masalah sosial, dan bukan menambah permasalahan. 

    Sementara itu Prof. Dr. Patrisius Djiwandono, yang juga memberikan sambutan dalam acara ini lebih menekankan pada tantangan yang kita hadapi di era pesatnya perkembangan teknologi saat ini.

    Berbicara tentang apa yang bisa kita lakukan saat ini sebagai bagian dari keluarga besar PISHI, menurut Patrisius, sangat terkait dengan apa yang sedang kita hadapi dewasa ini. Pada zaman ini semua orang menuju Society 5.0. Di samping itu kita mengahadapi apa yang disebut dengan VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity), semacam zaman yang sangat membingungkan, berubah dengan cepat, kompleks dan ambigu. 

    “Saat ini yang merajai adalah perkembangan teknologi. Ada kecerdasan buatan, pemetaan secara digital, sejumlah pekerjaan yang akan digantikan oleh robot. Di tengah perkembangan dunia digital, sebagai seorang ilmuwan humaniora, pertanyaan yang harus kita ajukan kepada diri sendiri adalah: Kemana saya harus melangkah dan apa peran saya di situ, ” kata Wakil Rektor 1 Universitas Ma Chung ini. 

    Lebih lanjut Patrisus berharap, kita ingin PISHI menelorkan kontribusinya dalam bidang sosial humaniora pada zaman yag mengarah ke society 5.0. Kita tak ingin digilas oleh VUCA itu tadi. Sebagai ilmuwan tentunya kita harus memiliki kemampuan berpikir, kemampuan bekerjasama untuk berkontribusi nyata dalam dunia yang berubah dengan cepat ini. Berbagai bidang di PISHI tentunya akan menjadikan satu kolaborasi di antara kita. Akan baik sekali kalau di PISHI terjadi pertukaran pikiran, pertukaran pendapat. Penelitian kita harus selaras dengan perkembangan zaman.

    Patrisus juga berbicara tentang perlunya perhatian yang serius terhadap aspek pendidikan karakter. Bagaimana kita membekali karakter yang baik pada anak didik kita. Supaya mereka tidak hanya cakap secara akal, tetapi secara mental dan kemampuan interpersonal, dan juga menjadi manusia yang responsif, bertanggung jawab dan berempati kepada manusia lain di tengah perkembangan zaman yang sangat cepat berubah dan kadang sulit diterka ke mana arahnya.

    “Kita mengharapkan kekompakan kita semua. Saling menyumbangkan kepakaran kita masing-masing, saling menyumbangkan kecakapan dan wawasan, sehingga kita bisa menghasilkan yang bermanfaat bagi perkembangan kemanusiaan, ” tegasnya.

    Akhirnya, Patrisius mengharapkan para ilmuwan yang tergabung dalam PISHI bisa memiliki VUCA (Vision, Understanding, Clarity, dan Agility).

    Dr. Wadji salah satu pendiri sekaligus Ketua Umum PISHI masa bakti 2022-2027 menjelaskan bahwa PISHI berdiri pada 20 April 2022. Pada tanggal 31 Mei 2022 PISHI telah disahkan sebagai organisasi berbadan hukum berdasarkan Keputusan Menteri Hukum dan HAM No. AHU-0005231.AH.01.07.Tahun 2022.

    Sebagai organisasi yang baru berdiri PISHI memiliki cita-cita besar. PISHI menghimpun para ilmuwan sosial humaniora dari seluruh Indonesia untuk bahu-membahu mendarmabaktikan ilmunya sesuai dengan kepakaran masing-masing. Dengan demikian PISHI tidak hanya sebatas melakukan kajian ilmiah, namun lebih dari itu memiliki program-program yang berorientasi pada pelayanan masyarakat.


    “Ilmuwan jangan hanya sekadar melakukan kegiatan yang bersifat formalitas untuk mengejar kepangkatan, namun harus memberi manfaat bagi masyarakat seluas-luasnya, ” kata Wadji.

    Dosen LLDikti Wil. VII yang dipekerjakan di Universitas PGRI Kanjuruhan Malang ini menyatakan bahwa PISHI mendukung program-program pemerintah yang pro rakyat. Namun demikian, PISHI juga akan senantiasa mengritisi kebijakan pemerintah yang tidak selaras dengan aspirasi masyarakat, terutama masyarakat marjinal maupun termarjinalkan.

    Sebagai organisasi yang independen dan tidak berafiliasi kepada agama, partai politik, dan golongan manapun, secara organisasi PISHI akan tetap menjaga netralitasnya. 

    "Sebagai warga negara yang baik, anggota PISHI berpartisipasi aktif dan memiliki hak untuk memilih dan dipilih. Namun demikian anggota PISHI yang terlibat dalam politik praktis tidak diperkenankan untuk membawa nama PISHI. Kita menjaga jarak yang sama dengan partai politik. Mulai dari awal jangan sampai PISHI terseret untuk berafiliasi kepada golongan tertentu. PISHI sangat menjunjung tinggi keberagaman.” tegasnya. 

    Setelah pelantikan, seluruh personalia DPP PISHI langsung mengadakan rapat kerja, dengan agenda utama Penyusunan Program Kerja yang akan berlangsung sampai tanggal 18 Juli mendatang. Ada 34 bidang dalam PISHI, yang sekitar seperempatnya adalah bidang-bidang yang bersifat kajian, mulai dari sastra, hukum, politik, sampai teologi. ***

    pishi jakarta dr waji patrisius djiwandon apsbsi
    Tony Rosyid

    Tony Rosyid

    Artikel Sebelumnya

    Ikuti Pendidikan Sesko TNI, Kolonel Inf...

    Artikel Berikutnya

    Novita Wijayanti Apresiasi Progres Pembangunan...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Pemetaan Kelompok Rentan Tuberkulosis Di Kudus, Rutan Kudus Ikut Serta Dalam Workshop
    Kapolresta Magelang Hadiri Pengukuhan Anggota Paskibraka 2024
    Mas Dhito Dekatkan Penempatan Kerja Guru PPPK dengan Tempat Tinggal
    Antisipasi Gukamtibmas Saat Pesta Hajatan Warga, Personel Polsek Lemahabang Gelar Patroli KRYD
    KSOPP Danau Toba Gelar Donor Darah di Pelabuhan Tigaras, 31 Kantong Darah Terkumpul

    Ikuti Kami