Peran Kaum Santri Dalam Pencegahaan Penyebaran Covid-19

    Peran Kaum Santri Dalam Pencegahaan Penyebaran Covid-19
    Ramdanil Mubarok

    OPINI - Baru baru ini wakil menteri agama Zainut Tauhid Sa’adi merilis peringatan hari santri 2020, pada hari kamis 1 Oktober 2020. Seperti yang kita ketahui, hari Santri diperingati oleh masyarakat Indonesia secara Nasional setiap 22 Oktober sejak 2015. Tahun ini, peringatan Hari Santri mengangkat tema "Santri Sehat Indonesia Kuat". Tidak berlebihan mengangkat tema tersebut karena kalau kita melihat sejarah maka kita akan melihat besarnya kontribusi santri kepada Indonesia. Pertama, santri memiliki jasa besar dalam merebut dan mengisi kemerdekaan yaitu Munculnya Resolusi Jihad yang kemudian melahirkan pertempuran 10 November 1945 adalah kontribusi nyata santri. Kedua, santri memiliki kontribusi besar dalam membimbing praktik keagamaan di masyarakat. Banyak santri yang menjadi pemimpin pada komunitas paling kecil di masyarakat, mulai dari imam musala dan masjid, pimpinan majelis taklim, dan lainnya. Ketiga, santri juga memiliki kontribusi besar terhadap arus utama wacana keagamaan yang moderat.
    Lalu bagaimana peran kaum santri dalam pencegahan covid-19? Sebelum lebih jauh kita membahas peran kaum santri dalam pencegahan covid-19, maka perlu kita memahami pengertian dari kaum santri. 
    Arti kata kaum menurut kamus besar bahasa Indonesia kaum [ka.um] ; suku bangsa, sanak saudara, kerabat, keluarga, golongan, atau kaum terpelajar.
    Sementara santri dapat diartikan, menurut C.C. Berg berasal dari bahasa India, shastri, yaitu orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu atau seorang sarjana ahli kitab suci agama Hindu. Sementara A. H. John menyebutkan bahwa istilah santri berasal dari bahasa Tamil yang berarti guru mengaji (Babul Suharto, 2011 : 9)  
    Nurcholis Majid juga memiliki pendapat yang berbeda. Dalam pandangannya asal usul kata santri dapat dilihat dari dua sudut pandang. Pertama pendapat yang mengatakan “santri” berasal dari kata “sastri”, sebuah kata dari bahasa sangsekerta yang artinya melek huruf. Kedua, pendapat yang mengatakan bahwa perkataan santri sesungguhnya berasal dari bahasa jawa, dari kata “cantrik” berarti seseorang yang selalu mengikuti seseorang guru (Yasmadi, 2002 : 61)
    Pendapat selanjutnya mengatakan asal usul istilah “santri” dengan kata-kata dalam bahasa Inggris, yaitu sun (matahari) dan three (tiga), menjadi tiga matahari. Maksud tiga matahari itu adalah tiga keharusan yang harus dimiliki oleh seorang santri, yaitu Iman, Islam, dan Ihsan. Istilah “santri” bisa pula dimaknai dengan arti “jagalah tiga hal”, sebagaimana yang tertulis di buku Sejarah Pergerakan Nasional (2015) karya Fajriudin Muttaqin dan kawan-kawan, yaitu menjaga "ketaatan kepada Allah, menjaga ketaatan kepada Rasul-Nya, dan menjaga hubungan dengan para pemimpin".
    Dari bahasa Arab, asal usul istilah “santri” juga bisa ditelaah. Kata “santri” terdiri dari empat huruf Arab, yakni sin, nun, ta’, dan ro’ yang masing-masing mengandung makna tersendiri dan hendaknya tercermin dalam sikap seorang santri, demikian dikutip dari buku Kiai Juga Manusia: Mengurai Plus Minus Pesantren (2009).
    Menurut ulama dari Pandeglang, Banten, K.H. Abdullah Dimyathy, huruf sin merujuk pada satrul al ‘auroh atau "menutup aurat"; huruf nun berasal dari istilah na’ibul ulama yang berarti "wakil dari ulama"; huruf ta’ dari tarkul al ma’ashi atau "meninggalkan kemaksiatan"; serta huruf ro dari ra’isul ummah alias "pemimpin umat".
    Dari beberapa definsi diatas maka kaum santri dapat difahami sebagai sekelompok orang yang sedang belajar agama di pesantren atau pernah belajar agama Islam di pondok pesantren yang mewakili ulama, meninggalkan maksiat, serta menjadi pemimpin dikalangan suatu kelompok atau masyarakat untuk taat kepada Allah, taatan kepada Rasul-Nya, dan menjaga hubungan dengan para pemimpin, atau pemerintah pada umumnya.

    Diantara peran kaum santri dalam pencegahan covid-19 antara lain :
    Mengambil pelajaran
    Mengambil pelajaran biasa disebut Ibrah. ibrah berarti merenungkan dan memikirkan, dalam arti umum bisanya dimaknakan dengan mengambil pelajaran dari setiap peristiwa. Abd. Rahman al-Nahlawi seorang tokoh pendidikan asal timur tengah, mendefisikan ibrah dengan suatu kondisi psikis yang manyampaikan manusia untuk mengetahui intisari suatu perkara yang disaksikan, diperhatikan, diinduksikan, ditimbang-timbang, diukur dan diputuskan secara nalar, sehingga kesimpulannya dapam mempengaruhi hati untuk tunduk kepadanya, lalu mendorongnya kepada perilaku yang sesuai (diterjemahkan Dahlan & Sulaiman, 1992 : 390).

    Tujuan Pedagogis dari ibrah adalah mengntarkan manusia pada kepuasaan pikir, sementara pengambilan ibrah bisa dilakukan melalui kisah-kisah teladan, fenomena alam atau peristiwaperistiwa yang terjadi, baik di masa lalu maupun sekarang (Tamyiz Burhanuddi, 2001 : 57).
    Jadi kaum santri harus mengambil peran yaitu sebagai pengambil pelajaran dari peristiwa covid-19 ini. Mereka harus mampu mengambil pelajaran dari apa yang terjadi di negara-negara lain atau daerah lain yang terdampak covid-19, sehingga kaum santri bisa menentukan langkah kongkrit dalam pencegahan penyebaran covid-19 minimal di lingkungannya sekitarnya.

    Memberi Nasehat
    Nasihat kita juga dengan sebutan maw’izah. Rasyid Ridha mengartikan maw’izah sebagai nasehat atas kebaikan dan kebenaran dengan jalan apa yang dapat menyentuh dan mengena kedalam hati dan membangkitkannya untuk mengamalkan” (Rasyid Ridha, : 404). maw’izah, harus mengandung tiga unsur, yakni: a). Uraian tentang kebaikan dan kebenaran yang harus dilakukan oleh seseorang, b). Motivasi dalam melakukan kebaikan; c). Peringatan tentang dosa atau bahaya yang bakal muncul dari adanya larangan bagi dirinya sendiri maupun orang lain (Tamyiz Burhanuddin 2002 : 57)
    Dalam hal ini kaum santri harus berbicara, menasehati, dan mensosialisaikan hikmah dari covid-19 ini baik melalui media sosial, mimbar jum’at atau majlis-majlis yang dibimbingnya, misalnya hikmah dibalik covid-19 ini kebersamaan bersama keluarga bisa lebih intens karena kita lebih banyak menghabiskan waktu dirumah dan melakukan hal-hal positif bersama keluarga, kita lebih sadar akan pentingnya kebersihan, kita belajar menekan pengeluaran, belajar berbagi kepada sesama, dan masih banyak lagi hikam dibaliknya.
    Begitu juga dengan peringatan atau nasihat akan bahayanya covid-19. Kaum santri melalui melalui media sosial, mimbar jum’at atau majlis-majlis yang dibimbingnya dapat memberi peringatan dan nasihat tentang bahayanya dan kerugian yang ditimbulkan dari covid-19. Misalnya orang yang positif covid-19 tidak bisa berinteraksi dengan orang lain secara lansung, ia akan melakukan segalanya sendiri, diisolasi, diasingkan, dan tidak bisa bekerja untuk menafkahi keluarga. 
    Kaum santri bisa mengambil peran tersebut untuk memberikan peringatan dan nasihat supaya penyebaran covid-19 dapat dicegah. Inilah bentuk peran nyata kaum santri yang harus dilakukan pada saat-saat sekarang ini.

    Memberi Keteladanan
    Dalam bahasa Arab keteladanan berasal dari kata uswah atau ada yang mengatakan berasal dari kata Qudwah. Secara terminologi kata “keteladanan” berasal dari kata “teladan” yang artinya perbuatan, atau segala sesuatu yang patut ditiru atau dicontoh (KBBI, 1995 : 129).
    Sedagkan secara terminologi pengertian “keteladanan” menurut Al-Ashfahani sebagaimana dikutip oleh armai arief, bahwa Al-Uswah dan Al-Qudwah, berarti suatu keadaan ketika seorang manusia mengikuti manusia lain, baik dalam kebaikan, kejelekan, kejahatan, atau kemurtadan (Armai Arief, 2002 ; 117).
    Dengan demikian keteladanan adalah suatu tindakan yang dapat ditiru oleh orang lain. Pada umumnya manusia sangat memerlukan keteladanan, dalam segala aspek kehidupan manusia sangat membutuhkan sebuah contoh untuk diikuti dan diduplikasi. Kaitannya dengan pencegahan covid-19 maka kaum santri perlu memberikan contoh-contoh kongkrit dalam pencegahan penyebaran covid-19. Karna nilai kaum santri ditentukan dari aktualisasinya terhadap apa yang dikatakannya. Semakin konsisten kaum santri memberi keteladanan dalam pencegahan penyebaran covid-19 dengan menerapkan protokol kesehatan yang bersatandar nasional maupun berstandar internasional maka semakin didengar nasehat - nasehatnya.

    Kaum santri sudah menunjukkan konstribusi besar bagi Indonesia bahkan sebelum negara Indonesia lahir. Selama itu pula kaum santri sudah mewarnai dan memberikan kontribusi besar terhadap negara. Maka pada masa pandemi covid-19 ini, kaum santri harus tetap menunjukkan peran itu. 
    Akhirnya kita berharap dengan peringatan hari santri nasional tahun ini, kaum santri semakin semangat dan tetap berupaya menjadi garda terdepan dalam pencegahan penyebaran covid-19, kaum santri harus mengambil peran dalam memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai bahaya covid-19 dan menjadi contoh dan teladan bagi masyarakat sekitarnya dalam penerapan protokol kesehatan sebagai ikhtiar kita dalam pencegahan penyebaran covid-19.

    Sangatta, 15 Oktober 2020
    Oleh  : Ramdanil Mubarok
    Penulis merupakan alumni Pondok Pesantren Nurul Hakim Kediri Lombok Barat dan Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Sangatta Kutai Timur

    (Ditulis dalam rangka menyambut Hari Santri Nasional 22 Oktober 2020)

    Kaltim
    Editor Jus

    Editor Jus

    Artikel Sebelumnya

    Sekda Bagikan Bingkisan Idul Fitri untuk...

    Artikel Berikutnya

    Novita Wijayanti Apresiasi Progres Pembangunan...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Penyuluhan Kamtibmas di Bogor, Plh Kasat Binmas Ajak Masyarakat Dukung Keamanan Pasca Pilkada 2024
    Danskadron Udara 5 Pimpin Upacara Pemakaman  Almarhum Peltu Muhammad Nur Kadir Di Tempat Pemakaman TNI AU Padangalla
    PW FRN Counter Polri Tegaskan Komitmen: Luruskan Oknum Polisi Bengkok, Jaga Citra Polri di Mata Masyarakat
    Rutan Praya Gelar Upacara Hari Ibu ke-96: Perempuan Berdaya untuk Indonesia Emas 2045
    Polsek Gempol Polresta Cirebon Gelar Patroli Presisi Macan Kumbang Cegah Peredaran Miras Jelang Nataru

    Ikuti Kami