LUWU TIMUR - Manajemen proyek menjadi salah satu kunci keberhasilan pekerjan konstruksi. Buruknya manajemen tentu akan berpengaruh kepada efisiensi dan efektivitas suatu pekerjaan.
Seperti dijumpai pada proyek penataan embung Desa Lagego di Kecamatan Burau, Luwu Timur diduga minim pengawasan dari pihak terkait. Pantauan media ini di lokasi pekerjaan, Rabu (07/10/20) tak satupun pengelola atau pengawas pekerjaan ditemukan di lokasi. Hanya menemukan buruh pekerjaan dan satu kepala tukang.
Direksi Keet tempat papan proyek ditempelkan namun tak ditemukan denah atau gambar kerja.
Diketahui pekerjaan pembangunan embung Desa Lagego ini bersunber dari dana APBD Dinas PUPR Tahun Anggaran 2020. Bernomor kontrak 602.1 / 58 / KONTR-SDA / PUPR / IX / 2020 tanggal kontrak 02 September 2020 dengan nilai kontrak sebesar Rp. 274.713.230, - adapun masa pelaksanaan yakni sejak tanggal 02 September hingga 23 Desember 2020.
Pekerjaan ini dikelola oleh Kantor Pelaksana CV. TUARA UTAMA dibawah konsultan Pengawas CV. TRAXIAL CONSULTANT.
Salah seorang warga yang tak mau disebut namanya, menyampaikan bahwa, pekerjaan embung tersebut disinyalir sarat dengan kepentingan.
"Sebab menurutnya bangunan tersebut sudah beberapa kali di laksanakan namun tak pernah bertahan lama karena kerjanya tak beres, " ucapnya.
Selain tak menggunakan molen proyek ini diduga pula menyalahi spesifkasi teknik sebab semen yang digunakan hanya yang berisi 40 kg, sedang itupun hanya dicampur manual tanpa menggunakan molen (mixer) sebagai mana mestinya.
Terkait tak ditemukannya moleng (mixer) di lokasi salah satu pengelolanya menyebutkan bahwa, dari awal pengerjaan rencananya akan mendatangkan molen, namun hingga saat ini belum ada.
“Awalnya kami sedang berusaha meminjam molen salah seorang warga, namun hingga saat ini mixer yang dimaksud belum juga nampak di lokasi, ” imbuhnya.
Sementara pekerjaan di lokasi sudah masuk kurang lebih 60% itupun pihak kontraktor baru berusaha mencari molen (mixser) setelah awak media berkunjung di lokasi proyek trsebut.
Kecurigaan campurannya tidak maksimal hingga awak media pun mencoba mengambil sample campuran yang nampak terkupas pasangan batunya, campuran tersebut lalu diremas dan nampak seperti pasir biasa mudah hancur sebab minimnya pengawasan hingga diduga berdampak pada kualitas bangunan embung ini.
Pada hal masyarakat hanya menginginkan agar pekerjaan ini benar - benar sesuai dengan kelayakan, tidak asal - asalan.
Saat dikonfrmasi Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dari dinas PUPR, Tri mengatakan pihaknya sedang berada diluar daerah.
"Terima kasih penyampaiannya nanti saya telpon konsultan dan kontraktornya karena saya lagi ada di makassar, " tuturnya singkat melalui telepon selularnya.(***)