JAKARTA - Anggota Komisi VII DPR RI Maman Abdurrahman mengapresiasi penambahan kuota LPG/elpiji 3 kilogram menjadi sebesar 7, 5 juta metrik ton, dari sebelumnya hanya 7 juga metrik ton. Pasalnya, hal itu berdampak pada menurunnya harga elpiji di sejumlah wilayah Indonesia, terutama di wilayah pedalaman Kalimantan Barat.
“Di delapan kabupaten Kalbar yang termasuk daerah pedalaman, harga elpiji 3 kg sekitar Rp40-50 ribuan. Dan itu satu kondisi yang tidak bisa kita salahkan siapapun. Namun akhirnya kondisi tersebut berubah dengan sendirinya, ketika terjadi penambahan kuota elpiji dari 7 juta metrik ton ke 7, 5 juta metrik ton, " ujar Maman dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi VII DPR RI dengan direksi PT Pertamina, di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (31/5/2021).
Pasalnya dengan penambahan kuota, membuat elpiji 3 kg itu mudah ditemui di Kalbar. Hingga kemudian ada istilah ‘banjir tabung’. Kondisi tersebut pada akhirnya membuat harga elpiji 3 kg di Kalbar turun dengan sendirinya di angka Rp20-30 ribu per tabungnya. Dengan demikian menaikkan kuota tabung elpiji 3kg menjadi langkah tepat yang memberikan dampak tidak langsung terhadap menurunnya harga elpiji di Kalbar.
Namun lanjut politisi dar Fraksi Partai Golkar ini, bertambahnya kuota elpiji tersebut tidak berbanding lurus dengan meningkatnya kuota elpiji bagi agen atau loading order (LO), yakni masih dalam jumlah 360 tabung. Padahal sebelumnya masing-masing LO mendapat kuota 560 tabung. Bahkan ketika kuota elpiji nasional meningkatpun, kuota elpiji yang diperoleh masing-masing LO tetap dengan jumlah 360 tabung.
“Jangan sampai teman-teman agen (LO) yang sudah berinvestasi ini tetap mendapat jatah kuota 360 tabung. Itu gak nutup bu, dengan apa yang sudah diinvestasikan. Oleh karenanya saya meminta agar ditetapkan kembali kuota elpiji untuk LO ke angka sebelumnya, 560 tabung, ” tegas legislator dapil Kalbar I itu. (ayu/sf)