JAKARTA - Pemerintah dinilai terlalu bernafsu mengejar target pertumbuhan ekonomi, sementara kesehatan masyarakat di masa pandemi ini tak terkonsentrasi dengan baik. Akibatnya, angka positif Covid-19 melonjak tinggi dan Indonesia pun berstatus sebagai negara lower middle income seperti dilaporkan Bank Dunia.
"Dulu saya sudah protes keras dengan postur APBN yang masih mendahulukan pertumbuhan ekonomi di atas segalanya. Padahal, kalau rakyat sakit mana mungkin ekonomi bisa bergerak, ” kata Anggota Komisi XI DPR RI Achmad Hafisz Thohir dalam siaran persnya kepada Parlementaria, Minggu (11/7/2021). Jatuhnya status Indonesia ini, sebagai konsekuensi dan imbas pola kebijakan pemerintah di masa pandemi yang tidak konsisten.
Nafsu mengejar pertumbuhan ekonomi dengan menafikan kesehatan masyarakat terlihat dari postur APBN. Pemerintah, nilai politisi PAN tersebut, terlihat galau antara mendahulukan ekonomi atau kesehatan. Padahal, sudah jelas kesehatan masyarakat di atas segalanya. Mengutip Cicero filsuf Romawi kuno bahwa kesehatan rakyat merupakan hukum tertinggi bagi suatu negara (Salus Populi Suprema Lex Esto).
Hafisz mengingatkan bahwa target pertumbuhan ekonomi yang dipatok pemerintah tidak akan tercapai sepanjang kesehatan rakyat tidak ditangani dengan maksimal. “Hari ini kita lihat saja Covid-19 merajalela. Pertumbuhan ekonomi belum membaik. Sampai-sampai kita semua enggak berani keluar rumah karena kasus Covid-19 naik tajam, ” tutur legislator dapil Sumatera Selatan I ini.
Penanganan Covid-19 harus dilakukan secara extraordinary ketimbang memikirkan pertumbuhan ekonomi, yang tak kunjung tercapai. “Situasi sekarang ini sudah tahap bahaya sekali, bahkan saat ini Indonesia sudah hampir sama dengan India, ” ungkap Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) itu lagi. Data 7 Juli 2021, menunjukkan, kasus terinfeksi mencapai 34.379 dan angka kasus aktif 343.101.
Saat in, Indonesia sudah masuk “alert” untuk kedatangan di beberapa negara, karena meningkatnya kasus Covid-19 sama seperti India dan Iran. “Inilah akibat pemerintah ambigu antara ekonomi dulu atau urus pandemi dulu. Karena mau ambil kedua-duanya, ekonomi tetap ingin tumbuh tinggi sambil juga ngurusin Covid-19. Ngurus Covid-19 nggak bisa disambil-sambil, " tutup mantan Wakil Ketua Komisi XI DPR ini. (mh/sf)