JAKARTA - Siapa yang tak kenal UBN? Ustaz Bachtiar Nasir! Kiprahnya di Aksi 212 bersama Habib Rizieq Shihab (HRS) telah mengukir sejarah.
Dua tokoh umat ini pernah menggetarkan jagat Indonesia. Yang satu Imam Besar, satunya lagi Ketua GNPF MUI. Dua tokoh yang tidak saja kharismatik dan memukau ketika bernarasi, tapi juga memiliki kemampuan menggerakkan masaa. Keduanya memiliki basis pendukung yang cukup kuat.
Duet HRS dan UBN di Aksi 212 cukup berhasil. Tak kurang dari tujuh juta massa berkumpul di Monas. Tuntut Ahok untuk diproses hukum dalam kasus penistaan agama. Tema yang diusung adalah keadilan di mata hukum. Keadilan untuk semua anak bangsa.
Tidak saja kalah dalam pilkada DKI 2017, Ahok juga diganjar vonis hukuman dua tahun penjara. Meski paling ringan hukumannya diantara para penista agama yang pernah diajukan ke pengadilan.
Setelah berganti periode, dan Ketua GNPF diamanahkan kepada penggantinya yaitu Yusuf Martak, kabar UBN mulai sayup. Publik menduga-duga: ada apa dan dimana UBN? Kenapa mendadak menghilang? Cukup lama UBN meninggalkan panggung massa. Mungkinkah sedang merencanakan sesuatu? Adakah strategi baru yang sedang dipersiapkan? Atau fokus dalam dakwah?
Dooor! Enam orang mati. Beberapa peluru aparat menembusnya. Kabar ini menggetarkan jagat Indonesia. Bahkan jadi pembicaraan media internasional.
UBN muncul. Di berbagai foto dan video, UBN ada di samping HRS. Menemani duka dan menyapa kawan seperjuangan. Terutama saat janazah akan dimakamkan. Bahkan HRS menyebut nama UBN sebelum memimpin shalat janazah itu.
Mungkin ada ketidakadilan yang membuat UBN harus keluar dari kesunyiannya. Merajut kembali ikatan perjuangan bersama HRS.
HRS tak sendiri lagi. Ketidakadilan menyatukan kembali pendiri FPI ini dengan UBN. Bersama-sama memperjuangan hak janazah untuk mewariskan keadilan bagi rakyat Indonesia.
Kebenaran harus diungkap. Keadilan harus berdiri tegak di atas hak setiap rakyat. Dan kematian enam aktifis FPI menginspirasi seluruh rakyat untuk mencari dimana kebenaran dan keadilan itu berada. Dan UBN berada di tengah-tengah para pencari kebenaran dan keadilan itu.
Jakarta, 10 Desember 2020
Tony Rosyid
Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa