Jebakan Sertifikasi: Ketika Genggaman Terlalu Kuat Justru Menjebak

    Jebakan Sertifikasi: Ketika Genggaman Terlalu Kuat Justru Menjebak

    Suatu hari, seorang pemburu ingin menangkap monyet tanpa harus bersusah payah mengejarnya. Ia pun punya ide cerdik. Ia mengambil sebuah kendi dengan mulut kecil, lalu memasukkan beberapa kacang lezat ke dalamnya. Kendi itu kemudian diletakkan di tempat yang sering dilewati monyet.

    Tak lama kemudian, seekor monyet yang kelaparan mencium aroma kacang dari dalam kendi. Dengan penuh semangat, ia memasukkan tangannya dan menggenggam kacang sebanyak mungkin. Tapi saat ia mencoba menarik tangannya keluar, ia terjebak! Mulut kendi terlalu sempit untuk mengeluarkan tangan yang menggenggam kacang.

    Sebenarnya, monyet itu bisa saja melepaskan kacangnya dan dengan mudah menarik tangannya keluar. Namun, karena serakah dan takut kehilangan makanannya, ia tetap mempertahankan genggamannya. Ia berusaha sekuat tenaga, tapi tetap tidak bisa bebas. Pada akhirnya, karena terlalu sibuk dengan kendinya dan tak sadar akan bahaya, ia pun tertangkap dengan mudah oleh sang pemburu.

    Lucu ya? Tapi sadar nggak sih, hal ini juga sering terjadi di dunia profesional?

    Sertifikasi: Kacang dalam Kendi yang Kita Takut Lepaskan

    Pernah nggak sih kita merasa berat melepas sebuah sertifikasi, padahal kalau dihitung-hitung, manfaat ekonominya nggak sebanding dengan biaya yang harus kita keluarkan? Kita tetap mempertahankannya karena takut nggak ada lagi gelar keren di belakang nama kita. Akhirnya, kita tetap membayar iuran tahunan yang mahal dan ikut PPL (Pelatihan Profesional Berkelanjutan) yang biayanya selangit. Kalau kreditnya kurang, sertifikasi kita bisa dicabut.

    Dan lebih parahnya lagi, kadang bukan cuma satu sertifikasi yang kita tumpuk, tapi banyak! Semua demi terlihat keren dan profesional, padahal dalam praktiknya, sertifikasi-sertifikasi itu nggak terlalu memberikan manfaat nyata dalam pekerjaan kita.

    Bisnis Sertifikasi: Ketika Kita Jadi Target yang Empuk

    Kondisi psikologis ini dimanfaatkan dengan sangat baik oleh penyedia sertifikasi. Mereka tahu bahwa kita terlalu takut kehilangan gelar, jadi mereka menciptakan aturan yang membuat kita harus terus membayar dan mengikuti pelatihan yang mereka sediakan.

    Menariknya, meskipun ada pelatihan dari pihak luar dengan materi dan pembicara yang sama, mereka tetap tidak mengakuinya. Kenapa? Karena mereka ingin tetap memegang kendali. Selama kita masih tergantung pada mereka, mereka bisa membuat harga PPL setinggi langit, dan kita tetap akan mengambilnya. Tanpa sadar, kita sudah masuk dalam jebakan mereka, sama seperti monyet yang menggenggam kacang dalam kendi.

    Makanya nggak heran kalau bisnis sertifikasi semakin menjamur, terutama di Indonesia. Banyak yang melihat ini sebagai peluang bisnis yang menguntungkan. Mereka tahu bahwa banyak profesional yang terjebak dalam pola pikir bahwa semakin banyak sertifikasi, semakin tinggi pula kredibilitasnya. Padahal, kalau dilihat secara realistis, sertifikasi hanya sebatas simbol, sementara yang benar-benar berbicara adalah skill dan pengalaman kerja.

    Saatnya Melepaskan Genggaman dan Berpikir Lebih Realistis

    Jadi, gimana caranya biar nggak terjebak dalam jebakan sertifikasi ini? Simpel: kita harus melihat sertifikasi dari sudut pandang cost and benefit secara nyata.

    Kalau kita merasa manfaat ekonominya lebih kecil dibandingkan biaya yang kita keluarkan, maka sudah saatnya kita mempertimbangkan untuk melepaskannya dan mencari sertifikasi lain yang lebih relevan. Jangan takut kehilangan gelar, karena ilmu bisa didapat dari mana saja—baik yang gratis maupun berbayar.

    Lagian, di zaman sekarang, profesionalisme nggak cuma diukur dari sertifikasi, tapi juga dari pengalaman kerja dan kemampuan kita dalam menyelesaikan masalah nyata. Jangan sampai kita terus menggenggam sesuatu yang sebenarnya sudah tidak lagi memberikan manfaat, hanya karena gengsi atau ketakutan semu.

    Jadi, apakah kamu masih mau terus menggenggam "kacang" itu, atau sudah siap untuk melepaskannya dan membebaskan diri?

    hidayat kampai sertifikasi
    Dr. Hidayatullah

    Dr. Hidayatullah

    Artikel Sebelumnya

    Hendri Kampai: Jangan Mengaku Jurnalis Jika...

    Artikel Berikutnya

    Memahami Jenis-Jenis Obat: Panduan Lengkap...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Dorong Transparansi Informasi, Divisi Humas Mabes Polri Gelar Bimtek di Polda NTB
    Polsek Telukjambe Timur Lakukan Sambang Dialogis, Sasar Komunitas Ojeg
    Polsek Telukjambe Timur Ajak Security Perumahan untuk Jaga Kamtibmas
    Advokat Tutik Rahayu dan Horas Sianturi: Penggiringan Opini Publik Tak Baik, Ini Sebenarnya
    Cegah Gukamtibmas, Polsek Telagasari Lakukan Patroli di sekitar Pertokoan

    Ikuti Kami