Abdya- Nasib malang menimpa Tarmizi, remaja asal Desa Kuta Tuha Kecamatan Blangpidie, Kabupaten Aceh Barat Daya.
Di usia emasnya, Tarmizi tidak bisa melanjutkan sekolah dan berinteraksi dengan kawan-kawan lantaran menderita infeksi usus.
Orang tua Tarmizi, Suryadi (58) kepada akuratnews, Kamis (15/10/2020) membeberkan soal penyebab penyakit anaknya yang diidap sejak Juli 2019.
Kala itu usai pulang sekolah anaknya biasa bekerja di doorsmeer di kawasan Blangpidie. Saat sedang bekerja Tarmizi mengalami kecelakaan. Ia terjatuh dengan posisi terduduk mengenai batang gagang sapu dari alumunium. Naasnya batang tersebut menancap ke dubur dan tembus ke usus.
Saat kejadian tersebut, kata Suryadi, anak ketiganya itu langsung menjalani operasi bedah di Rumah Sakit Banda Aceh. Selama setahun lebih Tarmizi bolak balik berobat jalan ke Rumah Sakit setempat dengan berbekal BPJS.
Untuk diketahui, pasca operasi kondisi Tarmizi sangat memprihatinkan. Badannya semakin susut dan kurus kering. Sehari-hari ia hanya berbaring dan menahan sakit. Di sisi perutnya terurai slang usus pembuangan dan dibungkus kantung kolostomi.
Atas kondisi anaknya itu, ekonomi Suryadi pun semakin morat maret. Suryadi yang sudah menduda sejak 2015 ini terpaksa tidak bisa lagi bekerja serabutan, karena harus mengurusin putranya.
"Total tidak bisa lagi bekerja, karena tidak ada yang ngurusin. Mamaknya telah meninggal 5 tahun yang lalu, " ungkapnya.
Untuk biaya hidup sehari-hari Suryadi mengaku hanya mengandalkan bantuan dari tetangga dan relawan. Ia merasa cukup kesulitan, terlebih untuk biaya pengobatan dan pembelian kantung kolostomi.
Ironisnya lagi, karena tidak mampu membeli kantung kolostomi untuk pembuangan kotoran anaknya, Suryadi terpaksa harus mendesain kantung plastik biasa menjadi kantung kolostomi.
"Maka dari itu atas kondisi ini, saya berharap adanya uluran tangan dari Pemerintah, membantu pengobatan anak saya. Dalam setiap shalat saya berdoa agar putra saya diberikan kesembuhan seperti semula. Karena bagaimana pun dia ini anak laki-laki, harus bisa bekerja untuk persiapan masa depannya. Hidup normal sama dengan orang lain, " tandas Suryadi.