BOGOR - Berkerumun, berdesak desakan baik dimasa pandemi covid 19 berlangsung maupun sebelum covid 19 tidak ada di Indonesia menjadi hal biasa yang dialami oleh masyarakat yang menerima bantuan sosial dari pemerintah.
Seperti pada jaman Presiden Susilo Bambang yudhoyono saat pembagian Bantuan Langsung Tunai ( BLT ), masyarakat serentak berbondong-bondong mengambil bantuan tersebut.
Tidak heran masyarakat kelas bawah berani berdesak - desak demi mendapatkan bantuan tersebut. Seperti kisah dalam pembagaian BLT di Wilayah Karawang Jawa Barat. Sekitar 25.000 orang penerima BLT berdesak-desakkan sehingga mengakibatkan banyak diantaranya yang jatuh pingsan. Kericuhan pembagian BLT tersebut dikarenakan para penerima BLT tidak mematuhi jadwal yang telah ditetapkan kantor pos Kab. Karawang.
Tidak Jauh dengan sejarah Pembagian BLT dimasa SBY dan saat ini dimasa kepemimpinan Jokowi. BLT menjadi cacatan curam bagi keselamatan dan kesehatan masyarakat dimasa pandemi covid 19 berlangsung.
Pada tanggal 16 April 2021 masyarakat yang mendapatkan Bantuan Langsung Tunai rela berdesak - desakan untuk menjadi yang pertama dalam mendapatkan BLT UMKM dari pemerintah melalui Bank Rakyat Indonesia di Kabupaten Bogor dan kasus ini terjadi diberbagai daerah.
Kesehatan dan keselamatan menjadi nomor sekian dibenak masyarakat, padahal pandemi covid 19 belum berakhir. Seperti halnya yang terjadi di Bank BRI Cabang Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. masyarakat rela mendatangi pihak bank untuk memastikan bantuan cair meski mereka datang jauh disaat waktu normal.
Menurut Solihin Security bank BRI cabang Cibungbulang, menuturkan, sejak awal pencairan dana UMKM kondisinya seperti ini Warga yang datang bukan saja warga Cibungbulang, tetapi ada warga kecamatan lain. Karena sudah sejak beberapa hari ini membludak, banyak warga dari Ciampea, Pamijahan, Leuwiliang hampir semua datang kesini. Seperti dilansir dari Pakuan raya.com
Dengan demikian pemerintah harus mengubah pola pikir dan strategi dalam mencetuskan program sosial tersebut. Niat baik pemerintah menjadi sia sia , jikalau Program tersebut menjadi bumerang bagi keselamatan dan kesehatan rakyatnya.
Bukankah dimasa covid 19 Pemerintah gencar menghimbau masyarakat untuk tetap menjaga protokol kesehatan, sampai pemerintah rela berhutang sebanyak 1.220 Triliun rupiah demi memulihkan Negara ini Bebas dari Virus Corona dan kesenjangan Ekonomi? ( FERI)