Arwildayanto: Ibadah Kurban dalam Suasana Pandemik Covid, Upaya Merawat Kesalehan Sosial

    Arwildayanto: Ibadah Kurban dalam Suasana Pandemik Covid,  Upaya Merawat Kesalehan Sosial
    Dr. Arwildayanto, MP.d

    GORONTALO - Beberapa hari ke depan umat muslim seantero dunia akan merayakan Hari Raya Idul Adha 1142 H/2021 tahun ini, menjadi momen strategis untuk mengaplikasikan sebagian besar dari 18 nilai-nilai pendidikan karakter yang berlandaskan budaya bangsa Indonesia, terdiri dari; religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,  menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca,  peduli lingkungan, peduli sosial,  dan tanggung jawab.  

    Prosesi Hari Raya Idul Adha, bisa dikelompokkan dalam 3 bagian, antara lain; menunaikan ibadah haji ke Baitullah Mekah bagi yang mampu. Namun saat ini ibadah Haji, masih menghadapi kendala besar, disebabkan adanya pandemik Covid 19 varian Delta yang membuat otoritas pengelolaan Haji di Mekah membatasi jumlah Jemaah Haji tahun 2021 ini, yakni sebanyak 60 ribu orang. Jumlah tersebut didominasi Jemaah dari Negara Arab Saudi, dan beberapa Negara lainnya.  Untuk calon haji dari Indonesia, dan Negara mayoritas umat Islam lainnya sejak tahun 2020 sampai sekarang masih belum mendapatkan kuota keberangkatan. Kebijakan ini diambil otoritas Haji Mekah dalam rangka memberikan perlindungan bagi Jemaah haji dan memutus mata rantai transmisi Covid 19.  

    Indonesia juga melakukan kebijakan yang bersifat skala mikrao berupa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PKKM) Darurat. Kebijakan ini dilakukan merespon masih tinggi angka keterisian tempat tidur atau bed accupancy rate (BOR) pasien Covid 19 di berbagai rumah sakit rujukan Covid 19 secara nasional sudah mencapai 76, 9%.

    Pulau Jawa dan Bali, diatas 80% tentu ini harus disikapi bersama, agar masyarakat berpartisipasi menjadi bagian dari upaya memutus mata rantai transmisi Covid 19 dengan membatasi mobilitas dan aktivitas. Salah satu kebijakan yang diambil adalah ibadah shalat Idul Adha bagi daerah zona merah dilaksanakan di rumah masing-masing. Sedangkan di Zona Hijau dan Kuning pemerintah memberikan kelonggaran bisa melaksanakan shalat Idul Adha secara berjamaah di Mesjid maupun di lapangan.

    Ibadah berikutnya yang terkait dengan Idul Adha adalah Kurban bagi umat yang mampu untuk semua kalangan. Ibadah Kurban ini, pandang bisa laksanakan untuk semua daerah dengan protokol kesehatan yang ketat. Ibadah kurban, bisa menjadi bagian dari dukungan umat Muslin membantu sesama manusia yang merasakan dampak kesulitan ekonomi atas pemberlakukan PKKM Darurat. 

    Tiga rangkaian prosesi hari raya Idul Adha yang disebutkan diatas mengandung perwujudan implementasi nilai-nilai pendidikan karakter baik yang diajarkan di  berbagai lembaga pendidikan. Idul Adha menjadi momen baik, bagi guru, dosen dan tenaga kependidikan lainnya untuk mewujudkan perilaku karakter terpuji, mau berbagi, peduli, dan berempati atas kesulitan orang lain baik. Saat pandemic Covid 19 melanda dunia, dua ritual Idul Adha mengalami kendala dalam pelaksanaan. Namun Ibadah kurban kiranya tetap menjadi bagi penting dalam kondisi kekinian 

    Kurban di Masa Pandemic Covid 19 Wujud Nyata Kesalehan Sosial Ibadah kurban dipandang menjadi media pendidikan yang tepat dalam melakukan training bersifat best practice membentuk pribadi yang peduli dengan kondisi sosial, Ibadah kurban jadi instrumen pendorong umat yang memiliki kemampuan untuk memberikan bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

    Selama pandemic Covid 19 berlangsung, ekonomi negara dan masyarakat mengalami penurunan, ditandai dengan pendapatan menurun irisannya daya beli masyarakat juga turun bebas, Satu instrument keagamaan yang kiranya bisa menjadi daya dorong adalah ibadah kurban.

    Oleh karena itu, Presiden Jokowi (Kebun Raya Bogor, 11/8/2019) menyampaikan harapannya agar prosesi ibadah kurban terus ditingkatkan agar mampu membentuk karakter masyarakat menuju kesalehan sosial paripurna, sekaligus membantu pemerintah meningkatkan imunitas masyarakat dengan pembagian daging kurban, pada masyarakat ekonomi menengah dan lemah. 

    Kita berharap segenap umat yang memiliki kemampuan dapat melaksanakan ibadah kurban guna menabur kebaikan keumatan, sekaligus wujud nyata kesalehan sosial masyarakat. Kecintaan masyarakat berkurban tentu mengandung pesan pendidikan karakter baik secara berkelanjutan yang memerlukan tingkat religious tinggi.

    Upgrading keimanan dan keyakinan menuju ketakwaan dalam kaitan teologi, umat memasuki cara berpikir dan bertindak makrifatullah. Dimana berkurban atau memberikan sesuatu pada orang yang kita cintai, berikanlah dari pada apa yang kita sayangi atau cintai. Hal senada dengan karakter ketaatan Nabi Ibrahim kepada Allah SWT dan Keikhlasan Nabi Ismael menjadi best praktis berkurban menuju kesalehan sosial tingkat tinggi.

    Ibadah kurban sebagai ajang training kesalehan sosial yang bersifat periodik, Karena dilakukan sepanjang tahun, dengan merawat kemampuan ekonomi, keimanan dan ketaatan akan nilai-nilai spiritual di dalamnya. Sehingga kontemplasi ibadah kurban dalam konteks kesalehan sosial dari sudut pandang ajaran agama bisa dipandang sebagai investasi amal jariah, balasannya berupa pahala yang tidak putus-putusnya, walaupun yang me¬lakukan kesalehan sosial sudah meninggal dunia.

    Bentuk turunan ibadah kurban secara ikhlas dalam konteks kesalehan sosial, membentuk karakter baik seseorang bersikap rela berkorban harta, berbagi rezeki, membantu orang, dermawanan, peduli dengan sesama, antar umat dalam lingkungan tempat tinggal, menghilangkan perilaku tamak dan cinta harta secara berlebihan. 

    Nilai kesalehan sosial lainnya yang terkandung di dalam ibadah kurban bisa dilihat dari perspektif nilai silaturahim yang terbentuk secara harmoni antar warga, mereka bergembira, bersukacita, membaur antara yang kaya dan miskin. Essensi ibadah kurban melatih pembentukan karakter baik warga menuju kesalehan sosial masyarakat menebalkan rasa kemanusiaan, mengasah kepekaan dan menghidupkan hati nurani. 

    Dalam konteks berbangsa, ibadah qurban membantu usaha pemerintah memberikan jaminan bantuan makanan berupa daging kurban, selama beberapa hari kebijakan PKKM Darurat diberlakukan. Walaupun tidak bisa menggantikan posisi pemerintah, namun daging kurban dipandang bisa meningkatkan imunitas warga menghadapi covid 19. Semoga dengan pembagian dan distribusi daging kurban yang merata di seluruh Indonesia dapat membantu sebagian besar masyarakat terkena kebijakan PKKM darurat, insya allah.

    Gorontalo, 18 Juli 2021

    Dr. Arwildayanto, M.Pd 
    Dekan FIP Universitas Negeri Goronalto
    arwildayanto@ung.ac.id 

    ARWILDAYANTO UNG FIP
    Tony Rosyid

    Tony Rosyid

    Artikel Sebelumnya

    Jelang Idul Adha, TNI dan Warga Gotroy Percantik...

    Artikel Berikutnya

    Novita Wijayanti Apresiasi Progres Pembangunan...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Patroli Cooling System Pasca Pilkada Ciptakan Sitkamtibmas Kecamatan Kotabaru Aman Kondusif
    Peduli Lingkungan, Polsubsektor Lantung Ikut Serta Tanam Pohon Dalam Rangka HMPI dan HUT NTB ke 66
    Jaga Kondusifitas Jelang Natal Dan Tahun BAru, Polsek Plered Gencarkan Operasi Knalpot Tidak Sesuai Teknis
    Cegah Stunting Bhabinkamtibmas Sambangi Puskesmas Pembantu (PUSTU) Desa Telukbuyung
    Cegah Gangguan Kamtibmas Jelang Nataru, Satgas Ops Lilin Polres Sumbawa Gelar Patroli Dialogis

    Ikuti Kami